cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. jember,
Jawa timur
INDONESIA
Jurnal Ilmiah Inovasi
ISSN : 14115549     EISSN : 25276220     DOI : -
The Journal contains the original article of the research related to the problem areas of Agricultural Production, Animal Production, Agribusiness Management, and Agricultural Technology.
Arjuna Subject : -
Articles 15 Documents
Search results for , issue "Vol 13 No 3 (2013): Desember" : 15 Documents clear
RANCANG BANGUN ENERGI KINCIR ANGIN PUTARAN RENDAH TIPE Multiblade Hawt UNTUK IRIGASI PERTANIAN Anang Supriadi Saleh; Yuli Hananto
Jurnal Ilmiah Inovasi Vol 13 No 3 (2013): Desember
Publisher : Politeknik Negeri Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25047/jii.v13i3.28

Abstract

Permasalahan yang banyak mendapat perhatiaan nasional saat ini dan masa yang akan datang diantaranya adalah masalah ketahanan pangan dan konservasi energi. Pada lahan pertanian tadah hujan tidak mempunyai irigasi teknis, hal ini banyak kita jumpai di daerah pesisir sehingga pengelolaannya belum optimal, pada saat musim kemarau banyak petani membuat sumur-sumur dan menaikkan air tersebut dengan pompa motor bakar, sejak kenaikan BBM beberapa waktu yang lalu, petani mulai mengeluh karena biaya operasional dan perawatannya lebih mahal apalagi nantinya terjadi kenaikan BBM lagi, bahkan saat ini banyak lahan tadah hujan tidak dikelola pada saat musim kemarau, padahal di daerah pesisir Jawa termasuk lokasi penelitian  mempunyai banyak potensi energi angin pada saat musim kemarau dengan kecepatan angin antara 2,5 sampai 7 m/dt dan bertiup sepanjang hari dari jam 08.00 sampai dengan jam 16.00.Tujuan jangka panjang penelitian ini adalah bahwa dengan adanya paket teknologi Kincir Angin Tipe Multiblade HAWT Untuk Aplikasi Pompa Irigasi Daerah Tadah Hujan mampu memberdayakan masyarakat Petani di daerah tadah hujan pada saat musim kemarau khususnya di daerah pesisir sehingga mendukung program ketahanan pangan dan konservasi energi karena tidak hanya bergantung pada energi fosil yang semakin langka.Pendekatan desain untuk merancang kincir angin ini dilakukan melalui beberapa tahapan, antara lain; Kajian pustaka dan lapang, pengambilan dan analisa data dasar, Pembuatan rancangan dan pengujian. metode perancangan menggunakan metode yang disusun oleh Gerhardt Pahl dan Wolfgang Beitz yang dipaparkan dalam buku Engineering Design. Pengujian meliputi pengujian struktural dan fungsional di Laboratorium. Setelah itu di lakukan pengujian lapang (uji adaptasi, fungsional, dan verifikasi). Kemudian untuk penyempurnaan dilakukan modifikasi-modifikasi dan pengujian kembali.Hasil penelitian menunjukkan bahwa paket teknologi Kincir Angin Tipe Multiblade HAWT, mempunyai daun 6 buah, tinggi menara 6 m, total head pemompaan 7 m. Kecepatan angin rata-rata 2,5 m/dt, 22 rpm, pompa menghasilkan debit air 4 liter/menit, sedangkan pada kecepatan angin diatas 4 m/dt, 40 rpm mampu menghasilkan debit air 8 liter/menit yang digunakan untuk irigasi daerah tadah hujan. Kincir Angin tersebut menambah kapasitas teknologi untuk pengelolaan lahan tadah hujan, dengan harapan dapat berfungsi dengan baik dan berdayaguna untuk memompa air dari sumur ke lahan pertanian dan harganya terjangkau oleh masyarakat petani. Selain itu menguatkan pemberdayaan masyarakat di daerah lahan tadah hujan khususnya di daerah pesisir yang saat ini hanya mengandalkan kegiatan usaha tani pada musim hujan.
KAJIAN PEMBUATAN SEASONING ALAMI CAIR BERBAHAN DASAR JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DENGAN VARIASI JUMLAH PENAMBAHAN GLUKOSA Niken Widya Palupi; Citra Ayu Mayasari; Frida Maslikah; Subekah Nawa Kartika Sari
Jurnal Ilmiah Inovasi Vol 13 No 3 (2013): Desember
Publisher : Politeknik Negeri Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25047/jii.v13i3.89

Abstract

Cita rasa pada makanan umumnya dihasilkan oleh suatu bumbu masak atau seasoning. Seasoning yang paling terkenal adalah MSG. Namun penggunaan dalam dosis tinggi dapat menyebabkan kerusakan sel syaraf dan diduga bersifat karsinogenik. Oleh karena itu diperlukan seasoning dari bahan alami. Salah satunya yaitu menggunakan jamur merang segar. Jamur merang memiliki kandungan protein sebesar 16.9g/100g bk dan mengandung asam glutamat sebesar 4.0428g/100g bk sehingga mempunyai potensi untuk dibuat sebagai seasoning. Pada penelitian ini dilakukan pengamatan yang meliputi Intensitas reaksi Maillard (Metode Spektrometri), warna (Metode Color reader) dan Sifat Organoleptik (Uji Kesukaan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah penambahan glukosa berpengaruh terhadap nilai kesukaan warna, aroma dan rasa seasoning jamur merang dan tidak berpengaruh terhadap intensitas reaksi Maillard dan warna seasoning jamur merang. Jumlah penambahan glukosa sebesar 10% (G10) menghasilkan seasoning jamur merang dengan warna, aroma dan rasa yang paling disukai. Seasoning yang dihasilkan mempunyai intensitas reaksi Maillard 0.69, nilai warna 20.45, nilai kesukaan warna 4.20 (suka-sangat suka), nilai kesukaan aroma 3.92 (agak suka-suka), dan nilai kesukaan rasa 4.4 (suka-sangat suka).
STRATEGI PENGEMBANGAN SALAK PONDOH PRONOJIWO KABUPATEN LUMAJANG Sri Hastuti
Jurnal Ilmiah Inovasi Vol 13 No 3 (2013): Desember
Publisher : Politeknik Negeri Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25047/jii.v13i3.96

Abstract

Salak yang merupakan salah satu buah eksotis yang dimiliki Indonesia, apalagi Salak Pronojiwo Kabupaten Lumajang yang memiliki karakteristik berbasis kawasan yang justru lebih baik dibandingkan dengan asal bibitnya yaitu salak pondoh Sleman – Yogyakarta, diantaranya : buah lebih besar, lebih berair, rasanya sama-sama tidak ada pahit/sepetnya walaupun masih muda, lebih manis dan ada sedikit asamnya sehingga rasanya lebih segar. Dengan kondisi demikian, maka salak pondoh Pronojiwo layak untuk dikembangkan dalam rangka menunjang program Pemerintah Kabupaten Lumajang yang digariskan dalam rencana strategis Dinas Pertanian yang terdiri dari program peningkatan ketahanan pangan, pengembangan agribisnis dan Program Peningkatan Kesejahteraan Petani.Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam lima tahun terakhir (2006 – 2010) menunjukkan bahwa Perkembangan luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Salak Pondoh di Kecamatan pronojiwo Kab Lumajang mengalami perkembangan yang signifikan, yaitu rata-rata kenaikannya sebesar 21,25% tiap tahunnya. Dengan mempergunakan analisis SWOT, hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor internal maupun eksternal yang mempengaruhi terhadap pengembangan salak di Kabupaten Lumajang antara lain: kekuatan : Sumber daya lahan, kelembagaan kelompok tani, pemasaran hasil, lokasi sentra, sumberdaya manusia, varietas salak, komoditas tropis; kelemahan: Produksi, bibit, pemupukan berimbang, alat penyimpan buah, manajemen usahatani, permodalan, luas areal salak, kontinyuitas produksi; peluang: Paket teknologi, kebijakan pemerintah, lembaga perkreditan dan Infrastruktur jalan; dan ancaman: penangkaran bibit, agroindustri, pesaing dan transportasi. Dari kondisi tersebut, maka strategi yang sesuai adalah strategi agresif, yaitu yaitu kegiatan untuk memperluas perusahaan dengan cara membangun lokasi yang lain, dan meningkatkan jenis produk serta jasa. Perusahaan dapat memperluas pasar, fasilitas produksi dan teknologi melalui pengembangan internal maupun eksternal.Untuk itu, maka pembinaan teknis petani melalui penyuluhan khususnya magang, teknik penelitian sampai pengepakan bagi petani dan pedagang perlu ditingkatkan terus menerus. Selain itu perlu adanya sistem informasi pasar yang dapat diketahui oleh pelaku agribisnis salak, terutama mengenai harga yang sedang berlaku pada daerah tertentu serta meningkatkan kemampuan pelaku agribisnis salak melalui pengembangan kemampuan tehnis dan berorganisasi, sehingga mempunyai kemampuan untuk mengembangkan usaha dengan kreatifitas dan inovasi yang tinggi
APLIKASI PROGRAM DELPHI SEBAGAI PENGGANTI KALENDER REPRODUKSI UNTUK OPTIMALISASI PRODUKTIVITAS KAMBING ETAWA MENUJU PETERNAKAN MODERN Amal Bahariawan; Ujang Suryadi
Jurnal Ilmiah Inovasi Vol 13 No 3 (2013): Desember
Publisher : Politeknik Negeri Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25047/jii.v13i3.42

Abstract

Kalender reproduksi merupakan salah satu media informasi yang berfungsi sebagai almanak, berisi penanggalan dan keterangan-keterangan yang dapat digunakan untuk mempercepat penentuan waktu siklus reproduksi seperti: tanggal kawin, tanggal bernak, waktu penyapihan anak, dan masa laktasi.  Kalender reproduksi digunakan sebagai pedoman untuk pencatatan kegiatan manajemen pemeliharaan ternak.  Kegiatan pencatatan (reccording) manajemen reproduksi masih jarang dilakukan dengan baik dan tersimpan rapi karena dirasakan adanya tambahan pekerjaan yang bersifat non teknis, dan dianggap hanya sebagai penunjang manajemen usaha.  Aplikasi program komputer sebagai pengganti kalender reproduksi untuk optimalisasi produkstivitas ternak khususnya Kambing Etawa dapat dibuat atas informasi dasar reproduksi kambing. Kalender reproduksi ini akan lebih aplikatif  apabila dibuat dalam bentuk pogram komputer menggunakan Delphi. Tujuan penelitian ini adalah membuat program komputerisasi kalender reproduksi untuk ternak Kambing Etawa, Menstimuli aktivitas petemak supaya lebih terprogram, tepat waktu dan tepat kegiatan dalam pemeliharaan ternaknya, dan Memberikan pedoman bagi peternak kambing dalam memaksimalkan produktifitas ternaknya supaya dapat beranak tiga kali dalam dua tahun. Dari hasil penelitian pembuatan kalender reproduksi kambing Etawa dengan Aplikasi program Delphi dapat disimpulkan bahwa: alender Reproduksi dengan Delphi lebih Aplikatif, ktivitas Petemak lebih terprogram, tepat waktu dan tepat kegiatan dalam pemeliharaan ternaknya, memberikan pedoman bagi peternak kambing dalam memaksimalkan produktifitas ternaknya supaya dapat beranak tiga kali dalam dua tahun. Untuk lebih memaksimalkan fungsi kalender reproduksi ini dan juga lebih menarik maka perlu ditambahkan grafik produksi anak dan susu dalam bentuk grafik.
PENGARUH KONSENTRASI ASAP CAIR DARI SERBUK GERGAJI KAYU DAN TEMPURUNG KELAPA TERHADAP KUALITAS IKAN LELE ASAP Wahyu Triwijaya K; Budi Hariono; Siti Djamila; Abi Bakri
Jurnal Ilmiah Inovasi Vol 13 No 3 (2013): Desember
Publisher : Politeknik Negeri Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25047/jii.v13i3.29

Abstract

Ikan merupakan sumber pangan yang bermutu tinggi terutama karena ikan banyak mengandung protein, lemak, vitamin, dan mineral yang sangat dibutuhkan tubuh. Ikan juga merupakan bahan pangan yang mudah rusak sehingga dibutuhkan teknik untuk memperpanjang umur simpan. Salah satu teknik tersebut adaah dengan metode pengasapan. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahapan yaitu pembuatan unit alat pengasap metode kiln drum serta pengujiannya terhadap ikan lele dengan parameter pengamatan meliputi: uji mutu dari segi kenampakan, bau, warna, rasa dan tekstur serta kadar air.  Hasil  penelitian diperoleh: (a) rendemen reditilasi asap cair tempurung kelapa dan serbuk gergajian kayu berturut-turut adalah 85,71±1,43% dan 85,71%, (b)  kadar air ikan lele asap dari asap cair tempurung kelapa dan  serbuk gergaji kayu berturut-turut adalah 20,9±0,9% hingga 30,2±6,5% serta 9,5±0,7% hingga 19,2±2,6%, (c) penurunan berat ikan lele asap 72,5±1,4% hingga 79,1±2,5%. Uji orgnoleptik ikan lele yang paling diminati adalah ikan lele asap dengan asap cair serbuk gergaji kayu dengan konsentrasi 2%. Uji Anova ikan lele asap dari penampakan, rasa, tekstur berbeda nyata akan tetapi untuk bau tidak berbeda nyata.
PEMBERIAN MULSA JERAMI PADI DAN PUPUK KASCING PADA RUMPUT SETARIA (Setaria sphacelata) Pebrianti Sarira Palulun; Achmad Marzuki
Jurnal Ilmiah Inovasi Vol 13 No 3 (2013): Desember
Publisher : Politeknik Negeri Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25047/jii.v13i3.97

Abstract

Limbah ternak dan pertanian adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan dan pertanian seperti usaha pemeliharaan ternak dan sisa hasil pertanian, bila dibiarkan dapat berdampak buruk bagi lingkungan, manusia dah bahkan ternak itu sendiri. Salah satunya limbah padat seperti feses dan jerami padi. Dari limbah ternak tersebut para peternak juga dapat menghasilkan keuntungan karena limbah tersebut dapat diolah menjadi pupuk organik. Pupuk organik tersebut dapat dimanfaatkan untuk tanaman rumput sehingga para peternak dapat menyajikan hijauan berkualiatas unggul dan ekonomis.Kascing atau vermicompost adalah kotoran cacing tanah. Kascing mengandung unsur hara yang lengkap, baik unsur makro dan mikro yang berguna bagi pertumbuhan tanaman. Unsur-unsur kimia yang terkandung di dalamnya siap diserap tanaman dan sangat berguna bagi pertumbuhan dan produksinya. Disamping itu kascing mengandung mikroba dan hormon perangsang pertumbuhan tanaman. Jumlah mikroba yang banyak dan aktivitasnya yang tinggi bisa mempercepat pelepasan unsur-unsur hara dari kotoran cacing menjadi bentuk yang tersedia bagi tanamanMulsa adalah material penutup tanaman budidaya yang dimaksudkan untuk menjaga kelembaban tanah serta menekan pertumbuhan gulma dan penyakit sehingga membuat tanaman tersebut tumbuh dengan baik. Mulsa dibedakan menjadi dua macam dilihat dari bahan asalnya, yaitu mulsa organik dan anorganik. Salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai mulsa organik adalah jerami (Adisarwanto dan Wudianto dalam Mariano. 2003). Mulsa organik jerami padi dapat meningkatkan dan mempertahankan kandungan air tanah lebih dibandingkan mulsa golongan leguminosa karena mulsa jerami padi lebih tahan. (Yoyo dalam Agusni dkk. 2000).Tujuan peneliti ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan mulsa organik jerami padi dan pupuk kascing terhadap pertumbuhan dan produsi rumput Setaria sphacelata.Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Non Faktorial dengan empat perlakuan dan lima kali ulangan, adapun perlakuannya adalah P1 yaitu mulsa organik jerami padi : 12 kg/bedeng, P2 yaitu pupuk kascing : 300 gr/rumpun dan K3 yaitu kombinasi mulsa organik jerami padi : 6 kg/bedeng dan pupuk kascing : 150gr/rumpun.Hasil penelitian menunjukkan bahwa respon pertumbuhan dan produksi rumput Setaria sphacelata yang terbaik dihasilkan oleh perlakuan P2, dengan hasil jumlah anakan 84,25, panjang daun 40,08cm, tinggi tanaman 57,38 cm, dan produksi 4,90 kg. Pemupukan dilakukan sebanyak  dua kali yaitu pada periode defoliasi yang dilakukan dua minggu setelah penanaman dan pemupukan kedua dilakukan  dua hari sebelum panen.Dari hasil penelitian ini, disimpulkan bahwa pupuk kascing (P2) dengan dosis 300 gr/rumpun dapat meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas rumput Setaria sphacelata pada saat defoliasi dan panen. Perlakuan dengan mulsa organic jerami padi dan kombinasi antara mulsa organic jerami padi dan pupuk kascing (P1 dan P3) memiliki tingkat pertumbuhan dan produksi yang kurang baik terhadap rumput Setaria sphacelata yaitu dengan hasil produksi P1 0,36 kg/bedeng dan K3 0,81 kg/bedeng (defoliasi) dan P1 2,60 kg/bedeng dan 4,40 kg/bedeng (panen). Untuk tanaman rumput Setaria sphacelata dapat menggunakan pupuk kascing dengan dosis 300 gram/rumpun tanpa harus menggunakan mulsa, karena hanya dengan pemberian pupuk kascing 300 gram/rumpun pertumbuhan dan produksinya tinggi.
KARAKTERISTIK KROMIUM ORGANIK HASIL HIDROLIS LIMBAH PADAT PENYAMAKAN KULIT YANG DISINTESIS PADA TEMPERATUR dan KONSENTRASI NaOH BERBEDA SEBAGAI FEED SUPLEMEN SAPI Ujang Suryadi
Jurnal Ilmiah Inovasi Vol 13 No 3 (2013): Desember
Publisher : Politeknik Negeri Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25047/jii.v13i3.41

Abstract

Dewasa ini trace mineral selalu ditambahkan ke dalam ransum  untuk menyediakan kebutuhan mineral ternak. Trace mineral kromium dalam bentuk organik mulai dieksplorasi penggunaannya untuk kepentingan nutrisi ternak.  Kromium organik dapat disintesi dari limbah padat penyamakan kulit melalui proses hidrolisisPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik kromium organik yang disintesis pada temperatur dan konsentrasi NaOH yang berbeda pada kondisi asam di abomasum dan suasana basa di dalam rumen. Karakteristik kromium yang diteliti meliputi kelarutan kromium dan nilai rasio kelarutannya. Nilai kelarutan kromium dapat memberikan informasi tentang ketersediaan kekuatan ikatan kromium dengan agen khelat ketika berada di rumen dan abomasum.Penelitian dilakukan secara in vitro dengan metode eksperimen. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 12 kombinasi temperatur dan konsentrasi NaOH ketika proses hidrolisis yaitu; Temperatur 60 oC, konsentrasi NaOH 1% (T1K1), Temperatur 60 oC, konsentrasi NaOH 4% (T1K2), Temperatur 60 oC, konsentrasi NaOH 7% (T1K3), Temperatur 60 oC, konsentrasi NaOH 10% (T1K4), Temperatur 80 oC, konsentrasi NaOH 1% (T2K1), Temperatur 80 oC, konsentrasi NaOH 4% (T2K2), Temperatur 80 oC, konsentrasi NaOH 7% (T2K3), Temperatur 100 oC, konsentrasi NaOH 1% (T3K1),  Temperatur 100 oC, konsentrasi NaOH 4% (T3K2), Temperatur 100 oC, konsentrasi NaOH 7% (T3K3), dan Temperatur 100 oC, konsentrasi NaOH 10% (T3K4).Simpulan penelitian yaitu kombinasi temperatur dan konsentrasi NaOH berpengaruh terhadap kelarutan kromium organik hasil hidrolisi di rumen dan abomasum. Nilai rasio kelarutan  kromium organik tertinggi 2,10  diperoleh dari proses hidrolisasi pada temperatur 60 oC dengan konsentrasi NaOH 4%, sedangkan nilai rasio kelarutan  terendah 0,23 diperoleh dari proses hidrolisasi pada temperatur 80 oC dengan konsentrasi NaOH 10%.
KAJIAN PRODUKSI DAN PASAR KOMODITAS ROTAN di JAWA TIMUR Nanang Dwi Wahyono
Jurnal Ilmiah Inovasi Vol 13 No 3 (2013): Desember
Publisher : Politeknik Negeri Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25047/jii.v13i3.26

Abstract

Rotan merupakan hasil hutan non kayu yang mempunyai nilai ekonomis yang sangat tinggi dan dapat digunakan hampir disemua segi kehidupan manusia, tetapi lebih dikenal secara umum digunakan untuk mebeler. Rotan sebagai sumber devisa yang sangat besar bagi negara, karena Indonesia satu satunya negara terbesar penghasil rotan didunia, rotan sebagai bahan baku pabrik atau industri baik industri besar maupun industri kecil (home industri), sebagai sumber mata pencaharian dan atau lapangan pekerjaan serta meningkatkan tarap hidup dan perekonomian masyarakat sekitar hutan. Kegiatan Studi Pengembangan Industri Berbasis Rotan di Jawa Timur diarahkan untuk mengetahui kondisi yang sebenarnya industri yang berbahan baku rotan dalam melakukan kegiatan produksi, sehingga permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat industri rotan dapat diidentifikasi secara rinci. Metodologi penelitian dimulai dari inventarisasi data baik data primer maupun data sekunder, dimana data primer berasal dari data survey di lapangan dan hasil pengolahan di studio sedangkan data sekunder berupa hasil studi laporan penelitian dan dari lembaga instansi terkait. Selanjutnya dianalisis baik secara diskritif maupun analitik.Perlu adanya tindakan yang nyata secara menyeluruh dari kita semua dalam penanganan kerusakan rotan yang ada dihutan alam, sebelum mengalami kerusakan yang lebih parah, mari kita bersama-sama pemerintah, masyarakat, praktisi, peneliti, pemerhati berusaha melakukan perbaikan, mempertahankan yang ada dan mengevaluasi mengenai segala sesuatu yang ada kaitannya dengan rotan agar rotan yang ada di Indonesia dapat dikelola dengan baik dan lestari. Seretnya pasokan rotan untuk industri furnitur di tanah air, khususnya Jawa Timur (Jatim) berimbas pada banyaknya perusahaan furnitur berbahan baku rotan yang memilih untuk menutup usaha mereka atau beralih ke produksi furnitur lainnya. Pada tahun 1990-an, jumlah industri furniture dari rotan skala besar di Jatim mencapai 80 hingga 90 perusahaan, sekarang hanya tinggal 10% saja.
MODEL PENUNJANG KEPUTUSAN INVESTASI BAGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PERIKANAN Bambang Herry Purnomo
Jurnal Ilmiah Inovasi Vol 13 No 3 (2013): Desember
Publisher : Politeknik Negeri Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25047/jii.v13i3.98

Abstract

Investasi mempunyai peranan penting dalam menumbuhkembangkan agroindustri perikanan. Model penunjang keputusan investasi diperlukan dalam rangka membantu pemerintah daerah mengambil keputusan investasi agroindustri perikanan secara cepat dan tepat. Kajian ini bertujuan merancangbangun Sistem Manajemen Ahli untuk menunjang keputusan investasi dengan menggunakan pendekatan wilayah bagi pengembangan agroindustri perikanan dan kelembagaannya.  Sistem terdiri dari 6 model, yaitu (1)  fuzzy expert system untuk menentukan wilayah pengembangan, (2)  model untuk menentukan komoditas perikanan unggulan, (3) model  untuk menentukan produk unggulan, (4) model untuk menentukan potensi bahan baku, (5) model   analisis kelayakan finansial proyek agroindustri, dan (6) model untuk menentukan bentuk kelembagaan bagi pengembangan usaha kecil perikanan. Verifikasi model dilakukan di Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Contoh hasil verifikasi menunjukkan bahwa wilayah pengembangan yang terpilih adalah Kecamatan Palang dengan komoditas utamanya ikan teri dan produk unggulannya ikan teri asin. Potensi bahan baku ikan teri pada tahun 2010 yang dapat dimanfaatkan oleh proyek agroindustri di wilayah ini adalah 1067 ton. Kajian lebih lanjut yang disarankan adalah penggunaan model dinamis untuk menduga produksi ikan teri dan pengembangan interface model penunjang keputusan yang lebih fleksibel dan user friendly.
VIABILITAS POLEN CABAI KERITING (CK004) PADA BERBAGAI KOMBINASI PENGERINGAN DAN LAMA PENYIMPANAN Dwi Rahmawati; Pra Yitno
Jurnal Ilmiah Inovasi Vol 13 No 3 (2013): Desember
Publisher : Politeknik Negeri Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25047/jii.v13i3.72

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui viabilitas polen cabai keriting setelah dikeringkan dengan berbagai kombinasi pengeringan dan disimpan selama 6 minggu dalam ultrafreezer dengan suhu -800C. Selain itu, diharapkan penelitian ini dapat berguna untuk polinasi buatan dan teknik persilangan tanaman cabai dalam upaya pelestarian dan pembudidayaanya serta untuk mengantisipasi persediaan polen yang sedikit. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Agustus sampai Desember 2012, bertempat di Laboratorium PT. East West Seed Indonesia, Jember. Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 2 perlakuan dan 3 ulangan. Untuk menghitung jumlah polen viable digunakan metode Nyine dan Pillay (2007). Data dianalisis menggunakan ANOVA dengan uji lanjut DMRT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengeringan polen menggunakan MgCl menghasilkan kadar air rata-rata 4.67%, sedangkan menggunakan drying beads menghasilkan rata-rata kadar air 6.9%. Uji viabilitas polen, baik untuk penyimpanan 0 minggu maupun penyimpanan 6 minggu, menghasilkan daya kecambah diatas standar minimal daya berkecambah polen berdasarkan  ISO PT. Eeast West Seed Indonesia No.SP/07/FPR tanggal 9 Februari 2009 untuk semua krop yaitu 1%. Daya kecambah polen sebelum disimpan sebesar 2.78 - 6.04 % dan setelah disimpan 6 minggu sebesar 1.58 – 4.56 %.

Page 1 of 2 | Total Record : 15